DBasia.news – Alex Zanardi merasakan tekanan untuk bisa tampil sekencang rekan setimnya di BMW pada perhelatan Daytona 24 Jam 2019.
Meski kurang pengalaman dengan BMW M8 GTLM dan Daytona International Speedway, serta harus beradaptasi dengan sistem pengereman tangan terbaru, juara IndyCar dua kali terpaut 1 detik dari rekan satu mobilnya di tim yang dioperasikan oleh Rahal Letterman Lanigan Racing saat tes Roar Before the 24.
Zanardi kehilangan kedua kakinya akibat kecelakaan parah di Lausitzring, Jerman pada ajang CART 2001. Ia bakal kembali membalap di kejuaraan Amerika Serikat setelah insiden naas itu.
Saat ditanya komentar rekan semobilnya, John Edwards, Jesse Krohn, dan Chaz Mostert, Zanardi kagum dengan performa ketiganya.
“Jesse, Chaz, dan John adalah pembalap sangat bertalenta, sangat profesional, fantastis dan sangat membantu,” ujar Zanardi. “Satu tim dengan mereka memiliki nilai plus besar. Saya tak bisa menghindari tekanan karena saya ingin tampil selevel dengan mereka. Di samping masalah pribadi, umur, atau apapun, ini adalah persoalan bakat untuk mengetahui mobil sesuai cara mereka. Saya akan terus berusaha, sejauh ini sangat baik. Saya sebenarnya tak terlalu tertinggal,” ucap peraih medali emas Paralimpiade tersebut.
Ia sempat menggunakan kaki palsu untuk membejek rem khusus saat balapan di ajang WTCC dengan Kini BMW memasang tuas pengereman yang dioperasikan oleh tangan, lengkap dengan tombol untuk menurunkan gir. Akselerasi dilakukan dengan menarik cincin di belakang setir.
Zanardi merasa antusias dengan perangkat khususnya, meski ia mengaku harus lebih membiasakan diri lagi.
“Secara fisik, keduanya tak bisa dibandingkan,” ungkapnya. “Ini seperti malam dan siang dibanding hal yang saya lakukan sebelumnya. Lebih membantu dari perkiraan saat kami mulai memikirkan solusinya. Dari sudut pandang itu, ini merupakan kesuksesan 100 persen.
“Saya merasa masih perlu menegosiasikan beberapa hal yang harus saya lakukan, saya masih merupakan murid. Saya berharap bisa belajar lagi karena harus bertahan melalui waktu 24 jam, dan mencoba mengembangkan teknik tepat,” harap Zanardi.
Dengan mengesampingkan kondisi fisiknya, Zanardi bertekad supaya bisa melakukan proses pergantian pembalap tanpa hambatan. Anda bisa melihat video latihannya di bawah ini.
“Daytona adalah balapan, saat saya balapan di Amerika Serikat, banyak teman dan rival ikut berpartisipasi karena tanggalnya tak pernah bertabrakan dengan IndyCar karena berlangsung di awal musim,” imbuhnya.
“Karena beberapa alasan, saya belum pernah bisa merasakannya sendiri. Tapi setelah mendengar dari para rekan, betapa menariknya event itu, saya jadi penasaran dan akhirnya berkata pada diri sendiri bahwa saya ingin ke Daytona.
“Kini hadirlah peluang itu, tak hanya menjadi bagian namun juga ke sana dengan mobil sangat kompetitif, menjadi wakil BMW untuk mengasah kemampuan sebagai pembalap sekaligus duta, rasanya fantastis.
“Saya tak sabar untuk memulai akhir pekan balapan 24 jam. Setiap anggota tim, mulai dari BMW M Motorsport yang datang dari Munich untuk mendukung serta dari sini, merupakan bagian BMW Team RLL, sangat profesional namun menyenangkan.
“Anda bisa bilang bahwa mereka sangat, sangat senang hadir di sini. Mereka sungguh berdedikasi dan Anda bisa melihat renjana [passion] mereka. Mereka ingin melakukan apapun untuk menyetir keberuntungan ke pihak kami, karena bagaimanapun juga ini adalah balapan, berlangsung 24 jam di mana ada banyak hal bisa salah, dan Anda hanya bisa mengontrol hingga titik tertentu,” tutup Zanardi.
-
Hengkang Dari McLaren, CEO Red Bull Sedih Mendengar Situasi Ini
-
Eks Promotor F1 Ini Dukung GP Monako Tetap Di Kalender F1
-
Mick Schumacher Masih Bisa Pakai Sasis Yang Rusak Usai Crash Di Jeddah
-
Juan Pablo Montoya: Pandangan Soal Pebalap Kedua Kini Sudah Berubah
-
Fernando Alonso Sempat Berpikir Untuk Tantang Hamilton Di GP Qatar