DBasia.news – Red Bull mempertimbangkan turun di balap Le Mans 24 Jam dengan mobil hypercar Valkyrie dari Aston Martin andai tak lanjut berkompetisi di Formula 1 pasca-2020.
Red Bull merajai penghujung era V8 F1 antara 2010-13 dengan empat gelar ganda yang direngkuh secara beruntun. Namun, sejak kemunculan regulasi V6 turbohibrida pada 2014, skuat Milton Keynes kesulitan menyaingi Mercedes dan Ferrari dalam perebutan titel.
Melepas status mereka sebagai tim kustomer Renault di akhir 2018, Red Bull beralih ke mesin Honda mulai musim depan, sekaligus menikmati privilese tim pabrikan.
“Kami memiliki perjanjian [dengan F1] sampai 2020,” ungkap Helmut Marko, konsultan motorsport Red Bull, kepada Motorsport.com. “Selama belum ada kepastian soal regulasi mesin atau Perjanjian Concorde, baik Red Bull maupun Honda belum akan mengambil keputusan.”
Marko dengan tegas mengatakan timnya tidak ingin lagi didikte oleh regulasi mesin.
“Yang pasti kami tidak ingin itu terjadi lagi. Dulu kami memohon-mohon janji yang akhirnya tidak ditepati.
“Berhenti [dari F1] adalah salah satu opsinya. Atau bisa juga membalap di ajang lain.”
Red Bull ikut membantu Aston Martin dalam pengembangan Valkyrie. Desainer kondang Adrian Newey mengepalai proyek tersebut.
Sementara WEC masih mematangkan konsep hypercar sebagai pengganti LMP1 yang rencananya bakal diperkenalkan untuk musim 2020-2021.
“Dengan Valkyrie dan regulasi hypercar, Le Mans bisa menjadi pilihan. Valkyrie ludes terjual dan sudah terbukti sangat sukses. Itu juga menjadi pilar bagus bagi Red Bull Technologies.”
Salah satu visi pemilik F1, Liberty Media, untuk 2021 dan ke depannya adalah pembatasan anggaran. Menurut Marko, hal ini membuka kemungkinan timnya menjalankan dua program balap sekaligus, F1 dan World Endurance Championship.
“Jika ada pembatasan anggaran di Formula 1, maka kami harus mem-PHK beberapa karyawan kami,” tuturnya. “Kami berharap itu tidak terjadi.
“Akan lebih baik jika mereka ditugaskan di proyek-proyek lain [seperti Le Mans]. Memakai basis mobil Valkyrie, sepertinya kami bisa menjalankan program WEC dengan biaya terjangkau.
“Meski Red Bull belum pernah membalap di ajang ketahanan 24 jam, ini adalah sesuatu yang kami pertimbangkan.
“Soal dana, sebagian besarnya akan ditanggung Aston Martin. Saya pikir itu masuk akal karena di Le Mans yang menang adalah manufaktur. Tapi ini masih cocok dengan konsep kami.”
-
Hengkang Dari McLaren, CEO Red Bull Sedih Mendengar Situasi Ini
-
Eks Promotor F1 Ini Dukung GP Monako Tetap Di Kalender F1
-
Mick Schumacher Masih Bisa Pakai Sasis Yang Rusak Usai Crash Di Jeddah
-
Eks Bos Honda F1 Resmi Gabung Red Bull Powertrains
-
Juan Pablo Montoya: Pandangan Soal Pebalap Kedua Kini Sudah Berubah