DBasia.news – Bos AlphaTauri, Franz Tost, enggan mendudukkan dua pebalap debutan di kursi timnya seperti Haas karena risikonya lebih besar ketimbang keuntungannya.
AlphaTauri kini tengah menikmati momen yang menggembirakan. Peringkat mereka dalam klasemen akhir konstruktor naik dari peringkat ketujuh pada musim 2020 menjadi keenam pada tahun lalu.
Dua pebalap mereka, Pierre Gasly dan Yuki Tsunoda, pun mampu bersaing di grup tengah dan depan. Gasly memang tak mempersembahkan satu kemenangan seperti tahun lalu, tapi ia berhasil memperbaiki posisinya di klasemen akhir pebalap, dari P10 ke P9, berkat konsisten finis di 10 besar.
Sedangkan Tsunoda, yang merupakan seorang rookie, awalnya membuat tim merasa kesal karena tingkah lakunya dan mencatatkan rapor buruk di paruh pertama F1 2021. Inisiatif AlphaTauri untuk memindahkannya ke Italia akhirnya berbuah manis.
Pebalap asal Jepang itu pun lebih mudah diatur, sedikit tenang, dan bisa fokus balapan. Ia berhasil mengumpulkan total 32 poin, bahkan mampu finis keempat pada seri penutup musim 2021, GP Abu Dhabi. Pencapaian Tsunoda jauh lebih baik dibanding sesama debutan F1 2021, Mick Schumacher dan Nikita Mazepin.
Kemajuan Yuki Tsunoda juga tak lepas dari program tim yang selalu menduetkan pendatang baru dengan pebalap berpengalaman. Dari situlah terdapat proses pembelajaran, terutama bagi Tsunoda, sehingga kemampuannya bisa meningkat dengan cepat.
Proses tersebut tak didapatkan oleh Schumacher dan Mazepin yang sama-sama tak punya pengalaman di Formula 1. Alhasil, keduanya menjadi penghuni dasar klasemen akhir pebalap tanpa pernah mencetak satu poin pun. Menariknya, bos Haas, Gunther Steiner, mengaku tidak keberatan membimbing dua pebalap rookie.
Pernyataan Steiner berbanding terbalik dengan prinsip Franz Tost, bos AlphaTauri.
“Dalam Formula 1 sekarang, jika Anda menurunkan dua pebalap tanpa pengalaman maka Anda mendapat tantangan sangat besar. Pastinya, Anda langsung ada di posisi paling belakang Kejuaraan Konstruktor,” ujarnya dikutip dari GPFans.
“Dengan dua anak, tidak ada peluang bersaing di tengah atau depan karena arena jauh sangat kompetitif. Itu terlalu kuat,” ia mengimbuhkan.
Perbedaan pengalaman bak bumi dan langit juga dinilai berpengaruh pada catatan waktu Tsunoda dan Gasly.
“Jika Anda lihat waktu kualifikasi. Itu bisa perseratus detik. Saya kira di Arab Saudi, Pierre 0,087 detik di belakang Charles Leclerc, yang artinya selisih hanya 78 cm atau apa pun. Ada dua posisi,” ucap Tost.
“Kemudian jika Anda punya pebalap muda, tak berpengalaman, kita bicara tentang persepuluh, bukannya perseribu,” lanjutnya.
“Saya kira kombinasi antara pebalap berpengalaman, kalau ada pebalap muda berkemampuan tinggi, AlphaTauri selalu berada dalam posisi dan siap mengedukasi pilot muda itu,” ia mengakhiri.
-
Lewis Hamilton Akhirnya Mengakui Kehebatan Mobil Dari Red Bull
-
Max Verstappen Dianggap Arogan dan Kurang Bersyukur
-
Charles Leclerc Jadi Lebih Termotivasi Usai Dijatuhi Penalti Grid di F1 GP Arab Saudi 2023
-
Charles Leclerc Alami Nasib Buruk Jelang GP F1 Arab Saudi
-
Martin Brundle Nilai Mercedes Sedang Tidak Baik-baik Saja