DBasia.news – Kemenangan Lewis Hamilton pada lomba putaran ke-16 Formula 1 (F1) 2018 di Sirkuit Sochi, Rusia, Minggu (30/9), terasa hambar. Bagaimana tidak, tim Mercedes AMG Petronas F1 menerapkan strategi team orders yang membuat Valtteri Bottas memberikan posisi satu kepada Hamilton.
Fakta di atas sangat ironis mengingat Bottas selalu tampil lebih impresif ketimbang Hamilton di Sochi. Cukup melihat fakta, pada sesi kualifikasi, ia bisa berstatus pembalap tercepat.
Hal sama berlaku pada lomba. Bottas menguasai jalannya paruh pertama lomba GP Rusia. Namun pada lap ke-24, ia mendapat perintah untuk merelakan posisinya kepada Hamilton.
Lewis Hamilton
Strategi team orders dari Mercedes bisa dimengerti. Karena Hamilton sedang bersaing untuk menjadi juara dunia dan coba menjauh dari rival terdekat, Sebastian Vettel (Scuderia Ferrari). Namun tentu saja apa yang terjadi di Sochi sangat menyakitkan untuk Bottas.
Tampak suasana podium GP Rusia jadi tidak menyenangkan di lihat. Jelas dalam lubuk hati paling dalam, ia sulit menerima perintah team orders dari tim. Namun Hamilton menegaskan strategi ini bukan keinginan dirinya.
“Saya bilang ke Valtteri, meyakinkan dia, bahwa ini bukan sesuatu yang saya inginkan. Tim merasa perintah tersebut adalah yang terbaik buat kami. Tapi ini memang menempatkan kami di posisi yang aneh,” kata Hamilton.
Adapun Direktur Eksekutif Mercedes, Toto Wolff membenarkan strategi team orders di Sochi merupakan sebuah instruksi yang jahat. Namun ia berdalih lebih baik menerapkan hal tersebut di GP Rusia ketimbang putaran terakhir.
Lewis Hamilton(Kanan)
“Terkadang Anda harus menjadi orang jahat, dan itu yang saya lakukan hari ini. Anda harus mempertimbangkannya. Apakah lebih baik menjadi orang jahat di sore hari Minggu (lomba GP Rusia), atau jadi orang idiot di Abu Dhabi (putaran terakhir F1 2018) pada akhir musim nanti? Saya lebih memilih jadi orang jahat hari ini,” Wolff mengungkapkan.
Adapun walau sempat menunjukkan muka dingin, Bottas mengaku mengerti dengan strategi team orders Mercedes. Dia sadar rekan setimnya lebih membutuhkan poin maksimal ketimbang dirinya.
“Jika Anda berada pada posisi pemimpin tim, buatnya, tim tidak penting saya atau Hamilton yang menang selama tim finis 1-2 dan kami mendapat poin maksimal. Pada akhir musim, hanya Hamilton yang akan bersaing jadi juara dunia. Jadi lebih baik, Hamilton yang menang,” Bottas mengungkapkan.