DBasia.news – BWF kembali menuai kontroversi. Terbaru mereka mewajibkan setiap pebulu tangkis minimal mengikuti 12 turnamen dalam setahun. Regulasi ini dianggap memberatkan perjuangan para atlet.
Aturan tersebut dianggap bisa membuat stamina atlet terkuras. Jadwal yang padat juga bisa mengakibatkan cedera pada atlet.
Selain kuota turnamen, BWF juga menerapkan aturan baru yang menuai kontroversi. Adalah soal servis. Aturan servis ini sering merugikan pebulu tangkis bertubuh pendek seperti Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
“Ya pasti ada dampaknya, karena kita tidak sempat mempersapkan diri di beberapa turnamen, karena waktunya tidak banyak,” ujar tunggal putra Indonesia, Tommy Sugiarto.
Sepanjang 2018, Tommy sudah mengikuti 17 turnamen BWF. Putra Icuk Sugiarto itu menampik kerap kelelahan karena jadwal yang padat.
“Apalagi ada beberapa turnamen yang waktunya sangat padat (berdekatan). Itu banyak pemain yang jadi rentan cedera. Karena memang mereka terforsir habis untuk mengikuti turnamen-turnamen yang ditentukan. Banyak rentetan tur di 2018 ini,” ujar Tommy.
Tommy merupakan atlet non pelatnas PBSI. Hal itu membuatnya harus membayar denda lewat kocek pribadi jika absen pada satu turnamen.
“Seperti sekarang sudah di track (ditentukan turnamennya) seperti ini. Kalau saya tidak ikut turnamen, penaltinya saya yang bayar sendiri. Sekarang (kalau absen) di superseries—BWF World Tour—denda 5 ribu dolar AS dan pemain independen (non-pelatnas) juga kena,” keluh Tommy.
-
World Tour Bulu Tangkis Kembali Digelar Oktober
-
Rinov/Pitha Kalahkan Maulana/Lanny di Turnamen Internal PBSI
-
Hasil PBSI Home Tournament – Hafiz/Gloria Masih Terlalu Tangguh bagi Teges/Indah
-
BWF Bersiap Gelar World Tour Pertama Pasca Pandemi di Taiwan Open 2020
-
Olimpiade Tokyo Ditunda, Sistem Pelatihan Badminton Ganda Putra Akan Diubah