DBasia.news – Beratnya latihan yang harus dijalani merupakan konsekuensi yang harus dihadapi para pebulu tangkis Indonesia. Alhasil Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, meminta mental para atlet yang ada di pemusatan latihan nasional (pelatnas) berubah.
Susy terkadang menemukan atlet pelatnas yang cepat menyerah. Padahal, latihan merupakan proses membentuk mental dan karakter permainan.
“Mengatasi tekanan di pertandingan harus dibiasakan dari latihan. Contoh, kalau sudah capek di latihan, kadang masih menawar, kalau ketat ya sudahlah, pasrah. Waktu latihan drilling 100 bola, kadang kalau sudah capek, shuttlecock sengaja dibikin nyangkut,” kata Susy.
Susy menilai kebiasaan tersebut bakal berdampak buruk jika terus dilanjutkan. Kebiasaan menyerah saat latihan bakal terbawa saat pertandingan.
“Kebiasaan di latihan itu akan kebawa, jadi cepat menyerah. Lalau bola susah enggak mau diambil lah. Lebih baik di latihan mikir yang terjelek dulu. Lalau nanti tidak sejelek itu di pertandingan, maka mainnya akan lebih enak,” ujar Susy.
Semua porsi latihan yang dilakukan pelatnas menurut Susy sudah sesuai porsi. Jika terasa berat, hal itu wajar dilakukan agar stamina mereka terbiasa lelah saat bertanding.
“Kalau latihan 20 kali smash, paling di pertandingan cuma lima sampai enam kali smash untuk satu poin. Kalau di tunggal, bisa 56 kali sampai 80 kali, latihannya harus tiga kali lipatnya. Di pertandingan, setengahnya saja sudah hilang karena tenaga lebih terkuras, ada rasa tegang, feeling belum dapat dan sebagainya. Nah, kalau kita bisa menerapkan yang setengahnya saja sudah bagus,” tutur Susy Susanti.
-
Rinov/Pitha Kalahkan Maulana/Lanny di Turnamen Internal PBSI
-
Hasil PBSI Home Tournament – Hafiz/Gloria Masih Terlalu Tangguh bagi Teges/Indah
-
Harapan Susy Susanti pada Hari Kartini
-
Susy Susanti Bicara Soal Dampak Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 terhadap Program Latihan Pelatnas
-
PBSI Fokus Latihan Kebugaran