DBasia.news – Aturan BWF soal mengikuti 12 turnamen dalam satu tahun mendapat kritik dari Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI, Susy Susanti. Menurutnya aturan tersebut telah memakan korban, Marcus Fernaldi Gideon.
Seperti diketahui, BWF menetapkan peraturan yang mewajibkan pebulu tangkis di posisi 10 besar dunia untuk mengikuti minimal 12 turnamen terbuka. Tentunya hal itu cukup memberatkan fisik atlet.
Sejumlah pebulu tangkis top telah menjadi korban kebijakan anyar BWF tersebut. Sebut saja Tai Tzu Ying asal China hingga Marcus Fernaldi Gideon.
Marcus Fernaldi Gideon mengalami cedera leher ketika tampil pada BWF World Tour Finals 2018. Pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo itu terpaksa tidak dapat melanjutkan kompetisi.
Susy Susanti menilai cedera yang dialami Marcus Fernaldi Gideon disebabkan aturan 12 turnamen yang diterapkan BWF. Hasilnya, peraih medali emas Olimpiade 1992 itu pun meminta BWF untuk lebih bijak dalam menerapkan aturan.
“Menurut saya, BWF harus lebih bijak, lebih santai dalam menerapkan aturan. Jangan membebani pemain demi kepentingan sponsor. Sekarang kan, atlet seperti menjadi korban,” kata Susy Susanti.
“Idealnya, seorang pebulu tangkis mengikuti maksimal sembilan turnamen BWF setiap tahun. Kalau ditambah dengan turnamen lain kan sudah cukup 12,” Susy Susanti melanjutkan.
Ini merupakan kali kedua Susy Susanti mengomentari kebijakan BWF pasca cedera yang menimpa Marcus Fernaldi Gideon. Sebelumnya, Kabid Binpres PBSI itu telah mengungkapkan keberatan terhadap aturan tersebut.