DBasia.news – Sprinter tuna grahita tercepat di dunia David Brown terpaksa mengubah pola latihannya akibat meluasnya wabah virus corona yang melanda negaranya yaitu Amerika Serikat.
Perubahan pola latihan tersebut terpaksa dilakukan karena Brown, yang mengalami kebutaan total, harus meenjaga jarak dengan pembimbingnya Jerome Avery akibat adanya arahan pembatasan aktifitas yang dikeluarkan otoritas setempat.
“Sekarang kami harus beradaptasi, pembimbingku harus berdiri sejauh 50 hingga 60 meter, menepuk tangannya, dan aku akan berlari ke arahnya,” kata Brown, pemegang rekor lari 100 meter dengan catatan waktu 10.92 detik.
Akibat perubahan pola latihan ini, Brown mengaku tingkat percaya dirinya sempat menurun karena harus berlari sendirian. Situasi berbeda terjadi saat kondisi normal, di mana pembimbingnya akan mengiringi Brown saat berlari.
“Saya bisa berlari dengan pembimbing di siang dan malam. Tapi lari sendirian, meski dengan lintasan lurus, saya masih merasa ragu karena ada faktor yang berbeda. Misalnya, saya tidak bisa terlalu mendengar suara Jerome dengan baik karena hembusan angin yang masuk ke telinga,” katanya menceritakan.
Melihat Brown dan Avery berlari bersamaan dengan kecepatan maksimal merupakan sebuah perpaduan yang sempurna, saat Brown berusaha menyentuh finis di situ lah peran Avery tak bisa disepelekan.
Brown sendiri dilatih oleh Joaquim Cruz, pemegang juara olimpiade lari 800 meter, menurut laporan Reuters. Ia kehilangan penglihatannya akibat penyakit Kawasaki, yang menyebabkan glukoma dan memaksanya kehilangan penglihatan secara menyeluruh saat masih anak-anak.