DBASIA Network

Positif dan Negatif seorang Imam Nahrawi

DBasia.news –  Keluar dari rumah dinasnya di Widya Chandra, tampak Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi menunjukkan sikap berbeda. Senyum ramah yang biasa terlihat dari politisi Partai Kebangkitan Bangsa tersebut tak lagi terlihat.

Imam terpaksa keluar dari rumah dinasnya untuk memberi penjelasan. Puluhan awak media sudah menunggunya pasca ditetapkan sebagai tersangka kasus dana suap hibah KONI, Rabu (18/9).

“Saya mendengar apa yang sudah disampaikan oleh pimpinan KPK dan tentu saya sebagai warga negara Indonesia akan patuh, akan mengikuti semua proses hukum yang ada,” ujar Imam dengan tegar.

Pernyataan KPK bagai petir di siang bolong bagi Imam. Rasanya baru kemarin pria berusia 46 tahun itu berhasil mendamaikan konflik antara PB Djarum dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mungkin akan menyelamatkan regenerasi bulu tangkis di tanah air.

Sebagai menteri, kinerja Imam terbilang jauh dari sorotan negatif. Pria asal Bangkalan itu tak pernah terkena isu miring, jauh dari rumor reshuffle, bahkan cenderung lebih sering berada di spotlight.

Di mata para atlet, sosok Imam juga begitu bersahaja. Ia selalu bergerak cepat setiap kali wakil Indonesia berprestasi di ajang internasional. Mulai dari memberi selamat, hingga mengganjar keringat olahragawan tanah air dengan bonus besar.

Coba tanya kepada ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, tentang Imam, pasti puja dan puji akan diberikan The Minions mengingat menteri kabinet kerja pertama itu beberapa kali memberikan bonus kepada mereka.

Atau bagaimana Imam bergerak cepat saat lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan, menjadi juara dunia angkat besi pada November 2018 lalu. Eko bahkan tidak pernah menyangka bisa mendapat bonus dari pemerintah.

“Biasanya single event gak ada bonus. Tapi sekarang diluar dugaan. Kami ucapkan terima kasih atas apresiasi ini,” kata Eko Yuli usai menerima bonus.

Sosok Imam juga dikenal tegas dalam beberapa urusan. Seperti saat membekukan PSSI pada 2015.

Imam tidak mengakui seluruh kegiatan PSSI selama setahun. Imbasnya, Indonesia mendapat sanksi dari FIFA dan tidak bisa berlaga di pentas internasional.

Langkah yang diambil Imam tentu tak populer. Tidak memasilitasi olahraga paling dicintai di Indonesia tentu membuat Imam menjadi public enemy, tetapi ia kukuh dengan pendirian.

Puncak kesuksesan Imam adalah ketika membawa Indonesia meraih prestasi cemerlang pada Asian Games 2018. Selain sukses sebagai tuan rumah, kontingen Indonesia juga mencatatkan prestasi luar biasa dengan finis pada urutan keempat, atau pencapaian terbaik negeri ini di ajang empat tahunan tersebut.

Namun, seperti kata pepatah “Karena nila setitik, rusak susu sebelangga” yang berarti sebuah kesalahan yang tampak membuat seluruh persoalan menjadi kacau dan berantakan.

Setahun setelah Asian Games 2018 berakhir, status Imam berubah drastis. Kini, ia diduga menerima uang sebesar Rp 26,5 miliar dalam kasus suap dana hibah KONI.

Imam terancam dikenai Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 12 B atau Pasal 11 UU 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang perubahan atas UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.

Sebelum Imam Nahrawi ditetapkan menjadi tersangka, KPK terlebih dahulu menahan asisten pribadi politisi PKB tersebut, Miftahul Ulum. Dalam kesaksiannya, Ulum beberapa kali menyebut nama Imam.

Imam seharusnya bisa lengser dengan sempurna sebagai Menpora di akhir periode Kabinet Kerja Pertama Presiden Joko Widodo, sayang hal itu tampaknya bakal gagal terwujud.

Imam harus bersiap menghadapi berbagai persidangan yang menanti di depan. Mentalnya wajib kuat mendengar segala caci dari masyarakat Indonesia yang dulu pernah memujanya.

Berbagai prestasi Imam Nahrawi mungkin tidak akan pernah dilupakan, terutama bagi para atlet, tetapi barangkali Imam bakal lebih dikenal sebagai Menpora kedua yang terjerat kasus korupsi setelah Andi Mallarangeng di mata masyarakat.

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?