DBASIA Network

Petenis Elit Bantu Korban Corona, Pemain Papan Bawah Cari Bantuan

DBasia.news –  Ketika para petenis top menyumbang untuk mengatasi wabah corona atau mengunggah video memasak dan berolahraga secara online, para petenis profesional peringkat bawah harus berhemat karena dibatalkannya sejumlah turnamen membuat penghasilan mereka berkurang drastis.

Petenis papan atas seperti Novak Djokovic menyumbangkan 1,11 juta dolar AS untuk membantu membeli peralatan medis di negara asalnya, Serbia, sementara Rafa Nadal telah meminta sesama atlet Spanyol untuk membantu mengumpulkan 11 juta euro untuk memerangi pandemi. Roger Federer, yang menjadi salah satu tiga besar tenis putra,  menyumbang 1,05 juta dolar AS untuk membantu keluarga rentan di negara asalnya, Swiss.

Sebaliknya, Sofia Shapatava pemain asal Georgia yang kini peringkat 375 dunia, memulai petisi meminta bantuan Federasi Tenis Internasional (ITF) untuk para pemain profesional papan bawah, akhir Maret 2020.

“Tidak banyak yang dapat mendukung kehidupan sehari-hari mereka dan kemudian kembali bermain setelah tiga bulan tanpa kompetisi,” kata pemain berusia 31 tahun itu dalam petisi online di Change.org, yang didukung lebih dari 1.700 tanda tangan, hari ini, Rabu, 8 April 2020.

ATP dan WTA Tour menangguhkan semua turnamen hingga awal Juni 2020 setelah hampir semua negara mengunci perbatasan mereka untuk menahan penyebaran virus .

Dalam beberapa minggu terakhir, para pemain yang biasanya akan melakukan perjalanan keliling dunia dari turnamen ke turnamen telah membanjiri media sosial dengan video yang mereka ambil tentang tantangan toilet roll, atau rutinitas latihan di rumah yang baru, juga keterampilan memasak dan menari.

Tenis adalah olahraga yang menghasilkan banyak uang bagi mereka yang berada di puncak. Juara tunggal Australia Terbuka 2020, misalnya, masing-masing mendapat hadiah 2,52 juta dolar AS (setara Rp 40,6 miliar), sedangkan petenis peringkat bawah harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Laporan International Review Panel 2018 yang ditugaskan untuk menangani masalah taruhan dan integritas mengatakan bahwa pemain di tingkat paling rendah rentan terhadap korupsi karena kesulitan mencari nafkah.

Hanya 250-350 petenis, kata laporan itu, yang bisa mendapat penghasilan untuk mencapai titik impas.

Badan-badan tenis beberapa tahun terakhir berusaha untuk meningkatkan hadiah dan kondisi untuk pemain internasional yang berperingkat lebih bawah, tetapi itu terbukti belum cukup bagi mereka yang hanya bergantung pada hasil pertandingan.

WTA dan ATP mengatakan kepada Reuters bahwa mereka bekerja di belakang layar untuk membantu para pemain. ITF tidak menanggapi permintaan komentar.

Tara Moore dari Inggris, yang berada di peringkat ke-447 di tunggal, memperoleh 2.800 dolar AS (sekitar Rp 45 juta) tahun ini sebelum lockdown.

“Akan sulit bagi banyak pemain untuk bertahan hidup dalam beberapa bulan ke depan karena mereka tidak menghasilkan banyak sebelumnya,” kata pemain berusia 27 tahun itu di Twitter dalam mendukung petisi Shapatava.

Shapatava, yang saat ini tampil di turnamen lapis kedua ITF, telah mengumpulkan 354.725 dolar AS sepanjang 16 tahun karir profesional sejak 2004, tetapi hanya menghasilkan sekitar $ 3.300 tahun ini.

“Sangat aneh mendengar bahwa petenis profesional berjuang mempertahankan hidup, tetapi itu adalah kenyataan,” tulisnya dalam sebuah blog.

“Setengah dari orang yang saya kenal bekerja di tenis, melatih atau bermain di klub, sejak shutdown tidak ada lagi yang bisa dilakukan.”

“Saya tidak akan mengatakan bahwa saya berada di posisi terburuk di planet ini, jujur saya sehat, saya memiliki makanan di atas meja dan keluarga saya baik-baik saja, tetapi saya tahu orang-orang yang merasa jauh lebih buruk daripada saya.”

Petenis India, Prajnesh Gunneswaran, mengatakan sejumlah pemain telah menabung atau mendaat dukungan keluarga untuk bertahan selama jeda corona, yang ia harap tidak akan berjalan selama enam bulan.

Tetapi pemain tunggal peringkat 132 ATP Tour ini merasa bahwa bahkan pada saat ini pemain tenis masih berada di tempat yang lebih baik daripada banyak lainnya.

“Di-PHK dalam pekerjaan biasa berarti harus mencari pekerjaan. Dalam profesi kami, kami tidak memiliki masalah itu,” katanya kepada Reuters.

“Jadi dalam hal itu, kami lebih baik daripada yang lain. Tapi ini benar-benar tergantung pada berapa lama lockdown berlangsung terutama untuk petenis di luar 250 pemain yang nyaris tidak berhasil mencapai titik impas,” katanya.

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?