DBASIA Network

Para Petarung Tua kembali Bertanding karena Faktor Uang

Chuck Liddell dan Tirto Ortiz

DBasia.news – Meski meraup banyak keuntungan, promotor pertarungan bebas UFC ternyata tidak memberikan banyak perhatian kepada para petarung mereka yang kemudian terjerumus ke dalam kesulitan keuangan.

Ocar de La Hoya, pemilik Golden Boy Promotion bulan lalu menggelar pertarungan bela diri campuran pertama di Kalifornia dengan partai utama mantan juara UFC Chuck Liddell dan Tirto Ortiz.

Pertarungan yang diharapkan berlangsung seru tersebut, ternyata berubah menjadi pertunjukan membosankan yang diperlihatkan dua mantan petarung yang sudah lama pensiun itu.

Ortiz, dalam usia 43 tahun memang melewati era masa jaya dan sudah tidak muda lagi untuk seorang petarung, tapi setidaknya ia masih lebih muda dibanding lawannya Liddlell yang sudah berusia 48 tahun.

Liddell pernah mendominasi divisi kelas berat ringan UFC lebih dari satu dekade lalu, saat bertarung melawan Ortiz, sama sekali tidak terlihat sisa-sisa kejayaannya.

Ia tampil kaku, lamban dan dalam kondisi fisik yang sudah tidak layak untuk bertarung.

Akibatnya sudah bisa diduga, Liddel pun terkapar dihajar lawan. Sejauh ini, Liddell sudah mengalami empat kali kekalahan KO, yang berarti ia berisiko mengalami kerusakan otak.

 

Chuck Liddell dan Tirto Ortiz


Lalu mengapa seorang pria yang pada Desember 2019 nanti berusia setengah abad masih mau bertarung?

Alasannya, seperti yang diungkapkan Yahoo Sports, karena Liddell butuh uang

Hasilnya adalah KO – Liddell sekarang telah KO dalam empat pertarungan terakhirnya – dan berarti risiko kerusakan otak lebih lanjut dari trauma berulang.

Ketika pensiun pada 2010, ia dijanjikan sebuah posisi seumur hidup oleh UFC sebagai seorang eksekutif. Tapi kesepakatan itu bubar sampai WME-IMG membeli UFC pada 2016, yang berarti Liddell tidak lagi memiliki penghasilan tetap.

Memang Liddell tidak secara gamblang mengakui bahwa masalah keuangan membuatnya kembali bertarung, dan sebelumnya menyatakan bahwa ia kembali dengan alasan “perjalanan personal”.

Jika masalah uang dijadikan alasan utama, maka hal itu akan mencerminkan penderitaan para petarung yang harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah mengalami masa jaya di UFC.

Terdapat daftar panjang mantan petarung yang mengalami nasib sama dengan Liddell.

John Alessio misalnya, sempat menjadi supir taksi online Uber sebelum menjadi seorang perwira polisi di Las Vegas.

Petarung veteran Bubba McDaniel harus meminta pertolongan “Go Fund Me” untuk menutup biaya pemakaman untuk kematian bayi laki-lakinya.

TJ Grant asal Kanada, dari seorang petarung tangguh di UFC, harus bekerja di tambang kalium di Saskatchewan setelah menderita gegar otak yang mengakhiri karirnya.

Yang bernasib tidak beruntung bukan hanya mantan petarung, tapi juga mereka yang masih aktif.

Meskipun UFC dijual dengan harga lebih dari empat miliar dolar pada 2016, terdapat fakta bahwa lusinan petarung harus berjuang keras agar tetap bisa bertahan hidup.

Petarung seperti Lauren Murphy, Nina Ansaroff, Zak Cummings, dan James Krause, terpaksa menggunakan kampanye penggalangan dana publik untuk menutupi biaya yang dikeluarkan selama debut UFC mereka.

Timothy Johnson, Sarah Moras dan Paul Felder telah membuka halaman Go Fund Me meskipun ada beberapa pertarungan yang mereka ikuti. Sementara Jessica Andrade baru-baru ini menjual perlengkapan UFC sendiri untuk menutupi pengeluarannya.

“UFC tidak memperhatikan petarung mereka. Mereka tidak mempunyai asuransi kesehatan yang sebenarnya, sementara disaat mereka bertarung, mereka tidak memiliki semacam rencana jaminan kesehatan yang baik,” kata Leslie Smith, mantan petinju UFC dan pendiri Project Spearhead kepada theguardian.com.

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?