DBasia.news – Nikita Mazepin, pebalap Haas, berharap dapat segera memberikan penampilan positif sehingga dapat mengubah pandangan publik menjadi hal yang menguntungkannya.
Semua pebalap yang baru memulai kariernya di F1 musim ini menghadapi beberapa kesulitan sejauh ini. Namun, Nikita Mazepin menjadi pebalap yang paling banyak disorot setelah empat balapan awal musim ini.
Jika Yuki Tsunoda mengalami penurunan performa usai merebut dua poin di Bahrain, Mick Schumacher yang masih stagnan finis antara P16 sampai P18, maka Mazepin langsung menjadi bahan pergunjingan begitu keluar dari lintasan di lap pertama GP Bahrain. Ditambah lagi ia sempat bersenggolan dengan Nicholas Latifi di awal balapan GP Emilia Romagna.
Pandangan negatif masyarakat semakin menjadi-jadi karena Mazepin dianggap memanfaatkan kekayaan ayahnya untuk mendapatkan kursi di F1. Pebalap asal Rusia itu juga membuat kontroversi dengan video Instagram yang viral setelah promosinya ke F1 bersama Tim Haas.
Mazepin sadar ia perlu mengubah sebagian besar pola pikirnya untuk menghadapi kehidupan keras. Apa yang dihadapinya saat ini merupakan konsekuensi dari tingginya level kompetisi yang diikuti dengan besarnya tuntutan.
“Ketika hanya ada 20 kursi F1 yang tersedia untuk semua orang di dunia, alasannya jelas: karena levelnya sangat tinggi, demikian pula tuntutannya. F1 sangat spesial dan respek dalam hal, apa pun posisi yang Anda perjuangkan, semua orang sangat baik. Jadi, akan selalu sulit terlepas dari apakah Anda berjuang untuk P1, P10, atau P20,” jelas Mazepin seperti yang dikutip dari laman Motorsport.com.
Mazepin datang dunia F1 dengan pengalamannya berpartisipasi di ajang single seater junior selama tujuh musim. Ia juga sempat meraih dua kemenangan FIA Formula 2 (peringkat kelima klasemen akhir 2020) dan empat kemenangan di GP3 (kedua klasemen akhir 2018).
Walau ia bukanlah pebalap yang paling berbakat secara alami, namun dirinya punya karakter pekerja keras dan pandai menyerap saran sehingga mampu tampil lebih baik di tiap balapan. Ia pun menempati posisi atas seri-seri junior dengan reputasi sebagai pebalap tangguh.
Meski begitu, Nikita Mazepin masih mengalami kesulitan dalam transisi dari F2 ke F1. Selama di Haas ia bisa menilai performanya dengan melihat pencapaian rekan setimnya yang juga seorang rookie, Mick Schumacher.
“Kami memulai akhir pekan cukup jauh dari tempat kami ingin memulai FP1 karena mobil cukup sulit dikendalikan. Kami selalu mengakhiri balapan dengan merasa ilmu kami terlambat satu atau dua sesi, namun kami selalu berharap bisa memulai FP1 dan FP2 dengan apa yang telah kami pelajari hari itu. Maka, kami akan selangkah lebih maju. Tetapi Anda harus mengingatkan diri sendiri bahwa semua orang mungkin merasa seperti itu,” tutur Mazepin.