DBasia.news – Lalu Muhammad Zohri bisa tembus ke final dengan torehan waktu 10,24 detik di ajang Asian Games 2018. Sehingga di atas kertas, memang tidak diunggulkan meraih medali emas. Benar saja, ia hanya finis ketujuh, meski sukses memperbaiki waktunya ke angka 10,20 detik.
Hebatnya, ia justru menyumbangkan medali perak di nomor estafet 4×100 meter putra. Bersama Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kertanegara, sosok Zohri sangat berkontribusi dari keberhasilan Indonesia.
Awal tahun 2019, Zohri kembali membuat berita positif. Pasalnya, pada kejuaraan Aletik Asia 2019 di Doha, Qatar, 21 April, ia membawa pulang medali perak dengan catatan waktu 10,13 detik.
Pelari kelahiran 1 Juli 2000 tersebut finis kedua di belakang Yoshihide Kuryu sprinter asal Jepang yang meraih emas dengan waktu 10,10 detik. Namun ia memecahkan rekornas atas nama Suryo Agung yang telah bertahan selama 10 tahun!
Zohri kembali mengukir prestasi di lomba lari nomor 100 meter dengan memecahkan rekornas atas namanya sendiri menjadi 10,03 detik di Golden Grand Prix Osaka 2019. Fantastis, karena ia jadi atlet pertama asal Indonesia yang memastikan tempat ke Olimpiade 2020.
Menariknya usut punya usut, Zohri ternyata sempat ditolak untuk mengikuti Golden Grand Prix. Namun karena catatan waktunya sudah tembus 10,13 detik, pihak Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) melakukan lobi dan diterima penyelenggara.