DBasia.news – Kontrak jangka panjang Max Verstappen berisiko tinggi bagi Oracle Red Bull Racing tetapi juga bisa menguntungkan.
Menjelang bergulirnya musim 2022, juara dunia Formula 1 2021 Max Verstappen mengikat kontrak jangka panjang dengan Red Bull. Dengan kontrak baru itu, Verstappen akan bertahan di Milton Keynes, Inggris, (markas tim) sampai akhir musim 2028.
Dengan kesepakatan ini, Verstappen menjadi pembalap dengan kontrak terpanjang di grid F1 saat ini melewati Charles Leclerc (Scuderia Ferrari) dan Lando Norris (McLaren).
Kontrak baru Verstappen menjamin Red Bull bakal bekerja sama dengan pembalap yang mereka yakini sebagai yang terbaik di dunia saat ini tersebut, hingga enam tahun lagi.
Tetapi, konsultan Red Bull Helmut Marko menyebut Verstappen akan bisa bertahan selama itu jika pihaknya tidak mengalami “kecelakaan”.
“Kecelakaan” yang dimaksud Marko adalah seperti yang dialami Red Bull pada musim 2014 lalu. Setelah empat musim mendominasi – juara konstruktor dan pembalap beruntun – Red Bull menyelesaikan F1 musim 2014 yang penuh aturan baru dengan tertinggal 296 poin dari Mercedes.
Hasil buruk tersebut membuat Sebastian Vettel tidak mampu bersaing untuk merebut gelar juara dunia pembalap untuk kali kelima (setelah 2010-2013). Hal itu pula yang membuatnya hengkang ke Ferrari.
“Jika Red Bull kembali mengalami ‘crash’ seperti pada musim 2014, tentu saja ada klausul pergi (untuk Verstappen),” ujar Marko soal kontrak baru Verstappen seperti dikutip media Jerman, Formel1.
Saat ini, tidak diketahui apakah klausul pergi tersebut juga mencakup tuntutan (dari Red Bull) agar Verstappen senantiasa dalam top perform. Yang pasti, klausul ini tentu menarik bagi tim-tim rival yang pasti berharap Red Bull satu hari nanti tidak lagi kompetitif.
Marko juga menjelaskan bila kontrak jangka panjang Verstappen bisa membuat Red Bull meyakinkan pihak-pihak lain seperti Porsche atau Audi untuk bekerja sama di masa depan.
“Max Verstappen akan memainkan peran penting dalam permainan catur ini. Tidak mengejutkan bila pabrikan seperti mereka (Porsche maupun Audi) menjadikan Verstappen sebagai bahan pertimbangan (untuk bekerja sama),” ucap Marko.
Marko memang tidak menampik bila pihaknya membuka pintu negosiasi dengan Porsche maupun Audi. Red Bull bahkan dikabarkan hampir pasti bakal memilih salah satu dari mereka untuk F1 di masa depan.
“Dengan memiliki pembalap terbaik dunia samai 2028, Red Bull bakal memiliki posisi (tawar) penting. Jika Anda memiliki pembalap sekelas Verstappen, pasti efek positif akan dirasakan seluruh tim dan rekanannya,” kata Marko.
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan di antara Red Bull dan Porsche, atau dengan pabrikan pemasok mesin lainnya. Red Bull memang tengah fokus untuk membangun power unit sendiri mulai F1 2026.
“Semua masih terbuka. Sudah bukan rahasia lagi jika kami menjadi tim yang paling menarik bagi para pabrikan mesin,” kata Marko.