DBasia.news – Eks Bos Honda, Livio Suppo menilai pabrikan asal Jepang itu terlalu bergantung pada Marc Marquez, kondisi serupa pun pernah dialami Ducati pada era Casey Stoner.
Tidak bisa dipungkiri, Marc Marquez telah menjelma menjadi sosok yang vital bagi Repsol Honda di ajang MotoGP. Sejak diboyong dari kelas Moto2 pada 2013 lalu, rider asal Spanyol itu mampu membawa mereka mendominasi kompetisi kelas premier.
Total enam gelar juara dunia kelas MotoGP sudah berhasil ia rebut selama delapan musim membela Honda. Prestasi yang dominan tersebut membuat Marquez menjadi referensi utama dalam pengembangan motor RC213V.
Eks manajer Repsol Honda, Livio Suppo memberikan sorotan soal pengembangan motor RC213V yang terlalu bertumpu kepada Marquez.
Dalam sebuah kesempatan, Suppo menilai bahwa motor RC213V telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga hanya dapat dijinakkan oleh pebalap berusia 28 tahun itu. Hal tersebut terlihat dari perbedaan prestasi Marc Marquez dengan rekan setimnya dalam beberapa tahun belakangan, salah satunya Dani Pedrosa.
Pedrosa yang merupakan pebalap mumpuni akhirnya memutuskan pensiun dari MotoGP pada 2018 setelah kesulitan bersaing di baris depan.
“Sudah sejak 2017 dan 2018, Dani Pedrosa memiliki masalah dengan motor ini,” kata Suppo dilansir dari Motosan.
“Ini menjadi sebuah tanda bahwa pengembangan menuju ke sebuah titik di mana hanya Marc Marquez yang mampu mengatasinya,” ia menambahkan.
Apa yang menimpa Repsol Honda bersama Marquez tersebut lantas mengingatkan Suppo tatkala masih bekerja untuk Ducati. Ia merasa pabrikan asal Jepang itu saat ini bernasib seperti mereka, yakni terlalu mengandalkan Casey Stoner sebagai tumpuan utama.
Stoner sendiri berhasil mempersembahkan gelar juara dunia MotoGP pertama untuk Ducati pada 2007. Setelah kepergian pebalap Australia tersebut menuju Repsol Honda, tim asal Borgo Panigale itu sulit membuat motor yang kompetitif.
Performa tim tersebut bahkan tidak membaik meski sudah mendatangkan pebalap top seperti Valentino Rossi dan kepala kru kawakan Jeremy Burgess. Situasi Ducati mulai membaik setelah Gigi Dall’Igna bergabung untuk mengisi posisi general manager pada 2014.
“Saya juga memiliki pengalaman itu di Ducati bersama Casey Stoner. Situasinya mirip saat itu,” tutur Suppo.
“Saya tahu betul bahwa ketika pengembangan berhenti berjalan ke arah yang tepat, bahkan seorang pebalap juara pun akan memiliki masalah,” ia mengakhiri.