DBasia.news – Imam Nahrawi selaku Mantan Menteri Pemuda dan Olahraha berpamitan sekaligus meminta maaf kepada pegawainya setelah mengundurkan diri.
Imam Nahrawi ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi dana hibah KONI. Diduga uang suap yang masuk ke kantong Imam mencapai sekitar Rp 26,5 miliar.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Imam Nahrawi langsung menemui Presiden Joko Widodo. Setelah pertemuan itu, Jokowi mengonfirmasi pengunduran diri Imam.
Siangnya, Imam Nahrawi menemui pegawai Menpora di Wisma Kemepora, Senayan. Acara tersebut dihadiri oleh para pejabat eselon dan pegawai Kemenpora lainnya.
Pada acara tersebut, Imam Nahrawi meminta maaf kepada pegawai Kemenpora. Pria berusia 46 tahun tersebut juga menyampaikan pamit kepada seluruh pegawainya.
“Yang saya hormati seluruh pejabat eselon 1, 2, 3, 4, seluruh staff. Keluarga besar Kemenpora yang saya banggakan. Alhamdulillah, puji syukur pada tuhan kita.
“Saya bersyukur dan bergembira. Bergembira sekali bisa melihat wajah wajah bapak ibu sekalian. Sahabat saya semuanya. Kebahagiaan yang kedua dalam hitungan jam, saya bertemu untuk yang kesekian kalinya Alhamdulillah ibu bapak hadir.”
“Saya merasa bersyukur pada Allah diberi tugas-tugas oleh presiden hampir lima tahun kurang satu bulan. Saya bersyukur. Terima kasih telah menumbuhkan optimisme saya di kantor ini dan tolong itu dijaga ada tidaknya pemimpin.
“Makanya, saya berharap apapun kita harus menjaga silaturahim. Asian Games, Asian Para Games, ibu-ibu dan bapak bapak sudah bekerja luar biasa. Yang sebelumnya pesimistis menjadi optimistis.
“Itu tidak akan pernah dilupakan. Kemenpora bersama kementerian lain, dan semuanya turut bersatu padu di bawah arahan presiden wapres ibu Menko PMK, INASGOC, INAPGOC, LADI semuanya. Ini yang membuat saya bangga.”
“Kemudian berikutnya, baik yang bersifat individual maupun. Semoga ini menjadi semangat dan motivasi, semua karena kerja sama dan itu saya rasakan.”
“Karenanya tolong pertahankan ini dalam kondisi apapun dan harus saling menjaga karena kita semua manusia yang punya salah khilaf kelemahan maka aib yang lain jangan pernah diumbar karena saya merasakan itu. Yang mestinya ini konsumsi kita disampaikan pihak lain karena masing-masing kita punya tugas, wewenang, dan tanggung jawab,” pungkas Imam Nahrawi.