DBasia.news – Petenis AS, Frances Tiafoe menjadi salah satu korban keganasan COVID-19. Kutukan COVID-19 terus memburu semua penduduk di seluruh penjuru dunia sejak awal musim ini.
Namun, kasus Tiafoe bukan kasus pertama di mana petenis positif COVID-19. Beberapa pekan lalu, petenis peringkat 1 dunia, Novak Djokovic juga positif COVID-19 bersama Grigor Dimitrov dan Borna Coric.
Tidak lama setelah berita tentang Tiafoe mencuat, mantan bintang tenis India, Mahesh Bhupathi meresponnya melalui Twitter. Mantan petenis yang telah memenangkan 12 gelar Grand Slam (nomor ganda putra dan ganda campuran) tersebut mengkritik pihak penyelenggara karena memperlihatkan kepemimpinan yang kurang baik.
Bhupathi menuliskan, “Ketika akal sehat dan logika keluar dari rencana, seseorang yang memiliki pengaruh dan kewenangan harus bertanggung jawab dan mengatakan bahwa hal yang tengah terjadi harus dihentikan. Tentu setiap orang ingin mendapakan penghasilan, tetapi kepemimpinan di seluruh turnamen itu cukup buruk. Keselamatan nomor satu!”
Menurut Tennis.com. Tiafoe sempat melakoni pertandingan di DraftKings All-American Team Cup, Atlanta di hadapan 450 penonton, sebelum hasil tes COVID-19 keluar.
AS mencatatkan rekor kasus COVID-19 baru hampir setiap harinya. Kasus akibat COVID-19 yang terjadi di negara Paman Sam tersebut hampir mencapai 3 juta kasus dengan angka kematian mencapai lebih dari 132.000 kematian.
Di tengah-tengah situasi tersebut, pihak penyelenggara US Open memutuskan untuk mengorganisir Grand Slam tersebut pada akhir Agustus. US Open akan digelar di New York, negara bagian AS dengan kasus COVID-19 paling parah.
Sekarang setelah pasien positif COVID-19 ditemukan tepat dalam turnamen, pihak berwenang mungkin akan mendiskusikan lebih lanjut apakah mereka ingin mengorganisir US Open sesuai jadwal yang telah direncanakan.