DBasia.news – Fabio Quartararo sadar dirinya harus memaksimalkan peluang di sirkuit-sirkuit yang menguntungkan Yamaha. Ia juga perlu mengambil risiko dalam segala situasi demi bisa menjadi juara MotoGP lagi.
Hasil MotoGP 2022 setelah enam balapan bergulir sangat tak konsisten. Tetapi dua rider yang dianggap favorit selama musim dingin, Fabio Quartararo dan Francesco Bagnaia, sama-sama telah menang dalam dua race pertama di Eropa.
Quartararo berjaya di Portimao (Grand Prix Portugal), sementara Bagnaia finis pertama di Jerez (Grand Prix Spanyol). Kini El Diablo memimpin klasemen, sedangkan Pecco masih berada di urutan kelima.
Sadar bahwa Yamaha miliknya bakal mampu unggul di beberapa trek, tetapi juga mengkhawatirkan di beberapa lainnya, Quartararo merasa pertarungan MotoGP 2022 kini benar-benar sedang bergulir.
“Saya pikir begitu dan kami harus menemukan sesuatu untuk Mugello dan Barcelona,” tutur pembalap Monster Energy Yamaha itu di situs MotoGP, menunjukkan keinginannya mencetak poin di trek dengan sektor lurus yang pendek.
“Kami tahu bahwa di Sachsenring, Assen, akan menjadi balapan di mana kami bisa sangat kuat. Kami benar-benar tidak boleh melewatkan peluang ini. Penting bagi kami untuk tetap fokus.
“Di sirkuit di mana saya bisa mencetak banyak poin, saya akan mengambilnya. Dalam dua race terakhir, saya membukukan 45 dari maksimal 50 poin. Saya pikir itu tidak terlalu buruk,” El Diablo menambahkan.
Fabio Quartararo menunjukkan kehati-hatian menjelang Grand Prix Prancis akhir pekan depan. Ia seperti tidak yakin dengan potensi prototipe YZR-M1 untuk balapan di Sirkuit Bugatti, Le Mans.
“Saya melihatnya 50-50. Itu adalah trek stop-and-go di mana Ducati melaju dengan sangat, sangat cepat. Namun kami juga mampu sangat cepat juga di sana. Maka kansnya 50-50. Saya juga melihat Portimao 50-50, jadi tidak buruk.”
Rider kebangsaan Prancis tersebut telah memimpin klasemen MotoGP 2022 untuk dua balapan terakhir, ketika dia hanya menempati P5 setelah empat balapan di luar Eropa. Ia tak sangka mampu membalikkan keadaan dengan cepat.
Namun Quartararo terbantu juga oleh kesulitan yang dihadapi beberapa rival, khususnya Enea Bastianini (Gresini Racing) dan Alex Rins (Suzuki), dan memaksimalkan kemampuannya untuk menyelamatkan poin penting di situasi sulit.
“Saya lebih terkejut saya sudah memimpin kejuaraan (setelah GP Portugal), karena selain di Mandalika (GP Indonesia), saya hanya berada di urutan ketujuh (Amerika), kedelapan (Argentina) atau kesembilan (Qatar). Lalu ada kemenangan (di Portimao),” kata El Diablo.
“Kami selalu finis 10 besar dan pada akhirnya saya pikir dalam race seperti ini Anda harus memberikan yang terbaik untuk mendapatkan tiga, empat atau lima angka. Poin-poin itu sangat penting. Saya sudah membalap hingga batasnya dan tidak memiliki apa-apa lagi.”
Kini Fabio Quartararo tidak berniat mengelola keunggulannya dalam klasemen. Ia hanya ingin mendapat hasil terbaik dalam setiap balapan karena dengan begitu otomatis posisi di puncak bakal tetap terjaga.
“Saya tidak berpikir saya harus konservatif. Saya perlu melakukan yang terbaik setiap kali berada di trek. Di Austin (Amerika) saya finis ketujuh dan sayangnya saya harus puas karena merasa telah melakukan yang terbaik dan tidak bisa lebih dari itu,” ia menuturkan.
“Saya berjuang untuk urutan ketujuh sama persis seperti ketika saya bertarung demi posisi kedua (di Jerez). Saya harus tampil hingga batasnya setiap balapan sebab saya tahu akan ada trek di mana saya akan kesulitan. Itu fakta, karenanya kami harus berjuang.”
Sebagai pemimpin klasemen dan juara dunia bertahan MotoGP, Quartararo ingin tampil maksimal pada GP Prancis. Ini event spesial karena ia tak ingin mengecewakan penggemar dalam balapan kandangnya.
“Saya benar-benar menantikannya. Saya belum pernah benar-benar melihat fans di Le Mans keculai di tahun pertama saya (di MotoGP) pada 2019. Saat itu saya tidak berada dalam situasi yang sama seperti sekarang,” ucapnya.
“Dulu saya masih rookie dan kesulitan meraih hasil bagus. Kini saya datang sebagai pemimpin, dan lebih penting, saya tidak pernah benar-benar melihat orang keluar untuk mendukung saya (karena pandemi dua tahun terakhir).
“Untuk datang ke sana dan dengan posisi sekarang, saya pikir itu (dukungan penggemar) akan gila. Jadi, saya sudah tidak sabar menunggu melihat mereka.”
-
Pertaruhan Nakagami Untuk Bertahan di Kelas Premier MotoGP
-
KTM Kecewa Berat Jelang Musim MotoGP 2023
-
Keberhasilan Alex Marquez Buat Sang Kakak Iri
-
Akui Masih Berseteru dengan Valentino Rossi, Marc Marquez Tidak Ingin Ngobrol dengan The Doctor
-
Ini Satu Kalimat Marc Marquez ke sang Adik Alex Marquez Setelah Dikalahkan saat Tes MotoGP Portimao