DBASIA Network

Cerita Membina Atlet Basket Difabel Indonesia Jelang Asian Para Games 2018

DBasia.news – Bermimpi memang mudah, tetapi merealisasikannya menjadi kenyataan, butuh perjuangan yang tidak ringan. Sepeti halnya yang dilakoni tim nasional kursi roda basket Indonesia yang telah melalui berbagai proses, berteman dengan darah dan keringat, demi mengubah stigma penyandang disabilitas di negeri ini.

Tim nasional kursi roda basket Indonesia bisa dikatakan terbentuk dari nol karena tak ada satupun atlet difabel Indonesia yang mengenal olahraga ini sebelumnya dan tentunya tidak mudah mengumpulkan 12 orang yang mau berjuang dari titik terendah.

Hanya Donald Santoso, satu-satunya atlet yang pernah merasakan bermain profesional bersama tim Phoenix Suns Wheelchair Basketball di Amerika Serikat yang sengaja kembali ke Indonesia hanya untuk membentuk tim nasional kursi roda basket. Beban berat tentu ada di pundak Donald dan staf kepelatihan, tetapi itu tidak membuat semangat mereka surut.

Proses pengenalan teknik dasar bermain basket hanya berjalan tiga bulan sejak Maret 2018. Namun, semangat para atlet yang ingin berjuang melawan keterbatasan membuat periode yang sempit tidak menjadi masalah.

“Hampir tidak ada pemain yang memiliki dasar basket di tim ini sebelumnya. Hanya Donald, dan dia membantu semuanya dari awal,” ujar pelatih tim nasional kursi roda basket Indonesia, Fajar Brillianto, kepada BolaSkor.com.

“Mereka semua sudah memiliki dasar olahraga dan tahu bagaimana cara menggunakan kursi roda, itu yang terpenting. Beberapa ada yang sebelumnya bermain tenis dan cabang olahraga lain,” jelas Fajar.

Pembentukan tim nasional basket Indonesia ini ditujukan untuk Asian Para Games 2018 di Jakarta. Ajang empat tahunan itu juga bakal menjadi kali pertama Indonesia menurunkan tim nasional kursi roda basket pada kompetisi olahraga multi event.

Namun, tim nasional kursi roda basket Indonesia tidak ingin hanya terbit lalu tenggelam. Asian Para Games 2018 bukan hanya sekedar ajang debut, tetapi menjadi embrio yang bakal terus berkembang.

Fajar tidak ingin para pemain hanya merasakan euforia saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games saja, tetapi ini harus menjadi warisan untuk generasi penerus. Tim nasional kursi roda basket Indonesia harus tetap ada, meski Asian Para Games 2018 telah usai.

“Proyeksi tim nasional kursi roda basket ini sampai ASEAN Para Games 2019 di Filipina, tetapi kami tidak mau hanya sebatas itu. Ini harus terus berlanjut,” tutur Fajar.

“Tim nasional kursi roda basket Indonesia harus menjadi wadah bagi penyandang disabilitas di Indonesia ke depan. Bakat mereka harus disalurkan,” sambung pelatih yang juga mantan wasit tersebut.

Atlet voli duduk asal Inggris, Charles Walker, pernah berucap, “Olahraga membuat orang lain tersadar, atlet tetaplah atlet dan manusia tetaplah manusia bagaimanapun keadaannya. Tidak masalah jika kalian menjadi Usain Bolt di atas kursi roda, kami tetap manusia. Saat ini semua orang sudah berbicara tentang olahraga, itu bagus,” ungkapan ini diucapkan Walker saat Paralympic 2012 di London untuk menyemangati penyandang disabilitas yang masih merasa malu untuk tampil di depan publik.

Indonesia, harus diakui masih berada jauh di bawah negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia dalam pengembangan atlet difabel. Hal ini dikarenakan penyandang disabilitas di Indonesia masih belum mau untuk tampil di depan umum karena banyaknya pandangan miring kepada mereka.

Dengan adanya tim nasional kursi roda basket, Fajar berharap penyandang disabilitas lain di Indonesia jadi terbuka pandangannya dan memiliki jalan hidup baru. Seperti yang dilakoni 12 orang yang tengah bersiap mengharumkan nama Indonesia di level Asia.

Bukan tidak mungkin, dengan adanya wadah dan pembinaan yang tepat, tim nasional kursi roda basket Indonesia bisa tampil pada ajang tertinggi yakni Paralympic. Impian itu terus dijaga Fajar dan seluruh anggota tim.

“Misi dari tim ini adalah menunjukkan kalau penyandang disabilitas juga bisa menjadi pahlawan, bisa mengharumkan nama Indonesia. Semoga ini menular ke generasi selanjutnya,” tutur Fajar.

Tak Berharap Banyak pada Asian Para Games 2018

Berbicara kekuatan, harus diakui tim nasional kursi roda basket Indonesia kemungkinan besar belum bisa berbicara banyak pada Asian Para Games 2018. Namun, sekali lagi, ini bukan sekedar berbicara prestasi, tetapi tentang legacy, di mana penampilan perdana Donald Santoso dkk. bisa membuka mata masyarakat Indonesia.

Tim nasional kursi roda basket Indonesia belum lama ini mengikuti Kejuaraan Asia di Thailand pada Maret 2018. Hasil yang diraih masih jauh dari kata cemerlang, Tim Garuda tidak berhasil meraih kemenangan sama sekali.

Akan tetapi, Fajar mengatakan banyak pelajaran yang didapat Indonesia pada Kejuaraan Asia di Thailand. Salah satunya adalah tentang tidak adanya rivalitas antar negara.

“Kami mendapat banyak perhatian di sana. Beberapa negara bertanya bagaimana perkembangan olahraga disabilitas di Indonesia. Kami mendapat teman baik, satu di antaranya adalah Thailand,” kata Fajar.

Melihat perjuangan tim Indonesia, Thailand kemudian memberikan bantuan dengan meminjamkan kursi roda. Pemberian ini sangat berarti, karena kursi roda milik Indonesia masih belum tiba dari Jepang.

Atmosfer Kejuaraan Asia juga semakin meningkatkan semangat pemain kursi roda basket Indonesia. Seperti halnya Fajar yang pandangannya semakin terbuka setelah melihat bagaimana perjuangan atlet disabilitas dari negara lain.

“Saya melihat pemain dari Iran, mereka cantik-cantik, kebanyakan mungkin korban dari perang, tetapi bermain basketnya sangat jago. Ini yang saya harapkan ada di Indonesia ke depan, di mana tidak lagi ada penyandang disabilitas yang malu untuk tampil di depan umum,” kata Fajar.

Sebelum tampil pada Asian Para Games 2018, tim nasional kursi roda basket Indonesia bakal mengikuti test event yang diadakan Panitia Pelaksana Indonesia Asian Para Games 2018 (Inapgoc), 1-2 Juli di Hall basket Senayan, Jakarta. Test event ini diikuti tiga negara yakni Malaysia, Thailand, dan Indonesia sebagai tuan rumah.

Topik:

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?