DBasia.news – Yayuk Basuki yang berstatus sebagai Ketua Olimpian Indonesia menilai bahwa kegiatan transfer atlet dari satu daerah untuk mewakili daerah lain di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) bisa berdampak buruk.
Mantan atlet tenis nasional itu melihat sudah cukup banyak atlet nasional yang dikontrak hanya dengan tawaran bonus yang banyak untuk mewakili daerah lain.
Jika hal tersebut terus dilakukan, maka bisa mengubah esensi PON yang seharusnya ajang meraih juara, malah dilakukan semata-mata hanya untuk mencari uang.
“Event-event seperti Porda dan PON merusak mental atlet. Atlet Porda bisa dikontrak Rp 300 juta, atlet PON Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar. Ini regulasinya harus diatur,” kata Yayuk, pada Rabu (18/12).
Karena hal itu, Yayuk pun berharap KONI sebagai lembaga yang memiliki wewenang terhadap kejuaraan nasional harus mengawal revisi Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
“KONI harus mengawal revisi Undang-Undang. Perpindahan atau transfer atlet ini harus diatur. Jadi atlet tidak akan pindah main ke daerah lain,” ujarnya menegaskan.
Harapan Yayuk didukung oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PRSI, Wisnu Wardhana. Menurutnya pembinaan atlet di Pelatnas sebelum menghadapi ajang multi event seperti SEA Games malah terhambat karena Porda dan PON. “Pertandingan lokal menjadi kendala untuk level nasional. Dalam persiapan SEA Games pun kita masih terkendala oleh atlet yang memilih tampil di Porda karena bayarannya lebih banyak dan menangnya lebih mudah,” kata Wisnu.