DBasia.news – Banyak yang memandang sebelah mata saat Mercedes memilih Valtteri Bottas sebagai pengganti Nico Rosberg penghujung Formula 1 (F1) 2016.
Mendadak, karena Rosberg memang memutuskan pensiun hanya beberapa hari setelah ia memastikan titel juara dunia. Kala itu, semua pembalap top sudah terikat kontrak dengan tim.
Oleh karena itulah, Mercedes memilih merekrut Bottas dari Williams. Sejatinya performa Bottas bersama Williams cukup menjanjikan. Dia mampu mengantarkan tim papan tengah ini naik podium sebanyak sembilan kali.
Tapi tetap saja, tahun 2016 lalu, sosok Bottas dianggap tidak layak menggantikan Rosberg apalagi harus head to head melawan pembalap hebat seperti Lewis Hamilton.
Anggapan di atas sempat terlihat terbukti di F1 2017 dan 2018. Musim 2017, ia memang menang lomba tiga kali, tapi ia gagal memberikan perlawanan ketat kepada Hamilton yang kembali juara dunia.
Tahun lalu, lebih buruk lagi. Bottas bahkan tidak merasakan kemenangan saat rekan setimnya begitu dominan dengan merasakan sebelas kemenangan. Rumor pun mulai beredar, Mercedes bakal mendepak pembalap asal Finlandia itu andai kembali gagal bersinar musim 2019.
Namun Bottas bereaksi dengan tepat. Empat lomba pertama F1 2019, ia sudah menang lomba dua kali dan dua kali naik podium kedua. Kini menuju lomba putaran kelima di Sirkuit Katalunya, Barcelona, akhir pekan ini, ia sedang memimpin klasemen lewat keunggulan satu poin dari Hamilton.
Ya, Bottas telah memperlihatkan sudah siap menjadi rival terberat Hamilton untuk mempertahankan titel juara dunia. Sebaliknya buat Hamilton, performa apik rekan setimnya di awal musim, merupakan alarm pengingat buatnya.
Apalagi kalau bukan, kekalahan dari Rosberg musim 2016. Andai hal sama terulang di F1 2019, ia akan merasakan siklus kegagalan dua tahunan. Setelah juara dunia musim 2014 dan 2015, ia digagalkan Rosberg musim 2016.
Kini pembalap asal Inggris itu merupakan juara dunia 2017 dan 2018. Menariknya pembalap yang berpotensi menggagalkan asanya merasakan titel juara dunia keenam kembali rekan setimnya sendiri: Bottas.
Seperti yang dikatakan Rosberg, jika ingin mengalahkan Hamilton, Bottas harus memberikan tekanan berat setiap putarannya. Dengan cara itulah, kelemahan Hamilton bakal terlihat.
Tentu saja apakah Bottas bisa terus menjaga level konsistensi, bakal menjadi kunci apakah ia memang sudah layak juara dunia atau sekali lagi hanya sekadar bayang-bayang seorang Hamilton.*