DBasia.news – Bos RNF Racing, Razlan Razali, mengaku tak masalah timnya kurang diunggulkan dalam kejuaraan MotoGP dan kerap dicibir karena mengorbitkan pebalap muda.
Pada MotoGP 2020, saat masih bernama Petronas Yamaha SRT, RNF Racing menyandang predikat runner-up dalam kategori tim terbaik. Mereka berhasil menempatkan Franco Morbidelli pada peringkat kedua dan Fabio Quartararo P8 dalam klasemen akhir pebalap. Keduanya masing-masing menyumbang tiga buah kemenangan.
Saat Quartararo direkrut oleh tim pabrikan Yamaha, kekuatan RNF Racing seolah terbagi. Kehadiran Valentino Rossi juga ternyata tak cukup untuk menyelamatkan prestasi mereka pada musim 2020.
Pemicu masalah pun lebih banyak dari eksternal ketimbang internal. Motor Yamaha YZR-M1 terbaru sulit dipahami oleh Rossi dan timnya.
Cedera lutut yang parah memaksa Franco Morbidelli untuk absen di lima seri beruntun. Lalu perseteruan antara Yamaha dengan Maverick Vinales membuat pebalap asal Italia itu harus angkat kaki untuk selamanya.
Petronas SRT lantas menggunakan jasa Cal Crutchlow, Garret Gerloff, Jake Dixon dan Andrea Dovizioso untuk menggeber motor M1 spek A.
Di pertengahan musim, 2021 Petronas mengumumkan bahwa mereka mundur dari sponsor utama. Hal itu membuat sang prinsipal tim, Razlan Razali membangun tim baru bernama RNF Racing.
Ia mengambil langkah yang sangat berisiko dengan menduetkan rider senior, Andrea Dovizioso, dan pebalap rookie, Darryn Binder.
Menariknya, sisi garasi Binder juga dihuni oleh para kru yang baru saja berkecimpung di level premier.
Razali jalan terus menerapkan keinginannya menempa para talenta muda walau mendapat banyak cibiran.
“Kami punya filosofi mengembangkan para pemain muda, seperti yang kami lakukan dengan Fabio dan Franky. Kami sudah membuktikan bisa memoles mereka. Sekarang, tim pabrikan punya dua pebalap yang kami suplai,” ucapnya dikutip dari Motorsport.com.
“Saya selalu gembira mengembangkan talenta baru. Itu alasan kami percaya kepada Darryn Binder. Memang risikonya lebih besar karena dia tidak pernah balapan di Moto2 dan hanya podium sekali di Moto3. Namun, itu yang kami suka. Kami senang menjadi underdog,” ia menjelaskan.
“Karena sebagai underdog, kalau performanya kurang bagus, orang-orang akan berkata, ‘sudah kami bilang akan seperti itu’. Risiko itu yang kami ambil.”
“Tapi, jika performanya bagus, maka itu akan fantastis bagi kami. Kami lihat potensi dari Darryn yang membuat kami yakin dia bisa tampil bagus. Saat balapan di Qatar, dia tampil sangat baik. Kami yakin kepadanya, itu yang bisa membuatnya tampil jauh lebih baik,” ungkap Razali.
“Hal terbaik yang bisa kami berikan kepada pebalap adalah kami beri dia dukungan 200 persen. Kami akan mengembangkan Darryn jadi pebalap terbaik yang dia bisa,” tutupnya.