DBasia.news – Menurut mantan direktur teknis, Gary Anderson, Ferrari telah salah mengambil keputusan dengan memilih Mattia Binotto sebagai pengganti Maurizio Arrivabene di jabatan team principal.
Binotto ditunjuk sebagai kepala pengembangan mesin Ferrari setelah performa kurang memuaskan di awal era turbohibrida V6 pada 2014. Kemudian pada pertengahan 2016, ia mendapat promosi menjadi direktur teknis. Ini merupakan bagian dari perombakan yang dilakukan presiden dan CEO Ferrari waktu itu, Sergio Marchionne.
Sejak itu Ferrari berhasil melahirkan dua mobil yang mampu konsisten bersaing memperebutkan kemenangan. Namun serangkaian kesalahan yang dibuat tim dan Sebastian Vettel musim lalu, lagi-lagi mengacaukan harapan mereka untuk merengkuh gelar juara dunia.
“Binotto adalah seseorang yang sangat terampil sebagai manajer teknis. Jadi Anda harus membiarkan dia menjadi manajer teknis,” ujar Anderson dalam edisi spesial The Autosport Podcast di atas panggung Autosport International Show.
“Itu pekerjaan penuh waktu dia, tujuh hari seminggu, jadi bukan kerja sampingan saja. [Perombakan] ini yang pasti bakal menghambat aspek teknis Ferrari.
Gary Anderson
“Menurut saya itu adala keputusan yang salah. Mereka seharusnya memilih orang lain.”
Belum diketahui pasti siapa yang bakal menggantikan Binotto sebagai kepala di divisi teknis Ferrari. Namun ada sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa tanggung jawab itu akan diberikan kepada kepala pengembangan aero, Enrico Cardile, dan kepala pengembangan mesin, Corrado Lotti.
Anderson melanjutkan, “Saya tidak mengerti mengapa mereka mengambil orang teknis terbaik mereka… dan menempatkan dia di posisi manajemen. Posisi politis yang bukan kekuatan terbaiknya. Mengapa mereka melakukan itu?”
Binotto selama ini mendapat pujian atas ketenangannya dalam memimpin departemen teknis Ferrari. Berbeda dengan Arrivabene yang dituduh terlalu mudah menyalahkan orang lain ketika timnya mengalami masalah.
“Tidak boleh ada budaya saling menyalahkan,” tambah Anderson. “Tapi harus ada yang mengambil tanggung jawab ketika terjadi masalah dan Anda harus bisa memahami penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.”
Akan tetapi, menurut Anderson, sekalipun Ferrari tampil lebih kompak musim depan, dengan terpilihnya Binotto maka Ferrari bisa tetap berada di posisi yang sulit.
“Tidak ada gunanya jika Ferrari bisa bekerja lebih kompak sebagai tim tapi mobil justru lebih pelan akibat kepindahan Binotto.
“Lalu apa yang akan terjadi di 2019 seandainya Red Bull mampu unggul di atas mereka, dan Ferrari tiba-tiba berada di peringkat ketiga atau keempat? Pasti akan ada yang dipecat, dan ada kemungkinan Ferrari akan kehilangan aset terbaik mereka. Itu semua karena mereka menempatkan dia di posisi yang tidak seharusnya,” tuturnya.