DBasia.news – Joan Mir, pebalap Suzuki Estar, selalu kesulitan untuk tampil cepat setiap menjalani sesi kualifikasi sehingga tak mampu mendapatkan posisi start yang ideal.
Sesi perebutan posisi start di MotoGP Jerman pekan lalu seolah menjadi puncak dari rentetan hasil buruk yang dipetik Joan Mir setiap kali menjalani kualifikasi. Rider Suzuki itu hanya mampu menempati grid ke-17. Walau akhirnya ia berhasil finis kesembilan, Mir menghabiskan sebagian besar balapan di barisan tengah.
Ini bukan kali pertama pebalap asal Spanyol itu terseok saat kualifikasi. Hingga seri kedelapan musim ini, start terbaiknya adalah posisi kesembilan, yakni di Doha dan Mugello. Bahkan jika menengok catatannya dalam dua musim terakhir, sejak debut MotoGP pada 2019, Mir belum pernah merasakan start dari baris depan.
Juara dunia MotoGP 2020 itu pernah mencetak dua pole position saat masih menjadi pebalap kelas pemula, yaitu saat kualifikasi Moto3 Austria 2016 dan Moto3 Sepang 2017.
Saat semusim penuh menjadi pebalap Moto2 pada 2018, hasil kualifikasi terbaiknya adalah posisi keempat (Le Mans). Bahkan, dia pernah start dari urutan ke-24 (Qatar).
Bicara pengandaian, jika Joan Mir masih berkompetisi di Moto3, hasil kualifikasi yang buruk takkan begitu memengaruhinya. Sebab ajang balap motor kelas pemula itu begitu bergantung terhadap slipstream. Sehingga tak heran apabila banyak pebalap yang mampu melesat ke barisan depan sepanjang balapan.
Berbeda dengan Moto2 dan MotoGP. Pebalap yang menempati grid start di belakang bakal kesulitan untuk memperbaiki posisinya. Meski bisa membuat peningkatan, yang sering terjadi adalah mereka sudah kehabisan waktu, karena chequered flag keburu dikibarkan.
Suzuki dan juga para pebalapnya pun terang-terangan mengakui bahwa mereka selalu kesulitan pada sesi perebutan start.
Crew Chief Mir, Frankie Carchedi, pernah mengungkapkan bahwa problem tersebut dipicu oleh paket motor GSX-RR secara keseluruhan. Faktor lain yang turut berpengaruh yakni format kualifikasi MotoGP, dengan hasil kombinasi dalam tiga sesi latihan bebas menentukan kelolosan ke Q2.
“Itu bagus, tapi kadang merujuk pada fakta kalau hujan turun di FP1, setiap orang berpikir kalau mereka harus lolos di FP2, karena bisa saja FP3 turun hujan,” ucap Carchedi seperti dikutip dari Motorsport.com.
“Dalam latihan, kami lebih banyak berkonsentrasi pada balapan dibandingkan satu lap cepat. Namun, formatnya menuntut seperti itu. Jadi, kami harus berkompromi untuk meningkat lebih jauh,” ungkapnya.
-
Pertaruhan Nakagami Untuk Bertahan di Kelas Premier MotoGP
-
KTM Kecewa Berat Jelang Musim MotoGP 2023
-
Keberhasilan Alex Marquez Buat Sang Kakak Iri
-
Akui Masih Berseteru dengan Valentino Rossi, Marc Marquez Tidak Ingin Ngobrol dengan The Doctor
-
Ini Satu Kalimat Marc Marquez ke sang Adik Alex Marquez Setelah Dikalahkan saat Tes MotoGP Portimao