DBasia.news – Persatuan Renang Seluruh Indonesia ( PRSI ) Jawa Barat mengadakan Bandung Open Swimming Tournament 2022 yang tujuannya adalah regenerasi atlet akuatik yang akan berlaga di ajang Olimpiade 2032 mendatang.
Turnamen yang digelar di Stadion Renang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tersebut diikuti ribuan peserta dan menghadirkan kelas usia hingga 17 tahun. Langkah regenerasi ini dinilai menjadi cara terukur untuk mendapatkan atlet akuatik terbaik. “Semua kelas, semua kelompok usia.
Kalau akuatik itu sebetulnya ada lima cabor khusus untuk renang. Kelasnya banyak, kelas 1 sampai kelas 5, semua level. Jadi untuk bisa mendapatkan atlet elit tahun 2030-2032, ya mereka ini lah,” ujar Ketua Harian PRSI Jabar, Muhamad Farhan di sela turnamen di Stadion Renang UPI, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Rabu (15/6/2022).
Melalui turnamen seperti ini, Farhan optimistis atlet akuatik Jabar yang mampu berlaga di ajang Olimpiade semakin banyak. Farhan juga menilai, gelaran turnamen secara rutin menjadi salah satu strategi jitu dalam proses regenerasi. “Makanya sekarang kita bikin open turnamen untuk perkumpulan di seluruh Jawa Barat di kelompok usia dan ini adalah turnamen pertama kelompok usia antarperkumpulan di Jawa Barat setelah masa pandemi,” terangnya.
Diakui Farhan, pandemi COVID-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir berdampak pada regenerasi atlet, termasuk atlet akuatik. Bahkan, kata Farhan, kondisi tersebut juga mengakibatkan kualitas skill atlet berkurang. “Kaku sekali karena selama dua tahun kita tidak bisa bikin turnamen. Terakhir kita bikin itu babak kualifikasi untuk PON, udah begitu udah, plong gak ada lagi,” ujarnya. Farhan yang juga anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem itu menilai, strategi yang dilakukan merupakan pendekatan secara statistik. Dia menjelaskan, dalam kejuaraan level nasional maupun Internasional, ada beberapa cabang olahraga yang didahulukan untuk menang dalam rangka mengamankan perolehan 100 medali pertama.
“Nah, akuatik, taekwondo, dayung, itu termasuk yang diutamakan untuk mendapatkan 100 medali pertama emas,” katanya. “Kalau bibit sekarang adalah sejak masuk kelompok usia 1-5, mereka itu harus dikasih turnamen terus. Tujuannya apa? supaya ada motivasi latihan, supaya mereka juga merasakan atmosfer kompetisi, atmosfer pertandingan,” tegasnya. Farhan menekankan bahwa turnamen untuk regenerasi atlet terbaik harus dirutinkan. Terlebih, sejak 2020, turnamen seperti ini sempat vakum.
“Kan turnamen seperti ini izinnya kalau dulu kan gam gampang. Tantangan terbesar sebetulnya mengembalikan fitness level para atlet karena mereka selama dua tahun hanya latihan, tapi gak ketahuan buat apa latihannya. Jadi, fitness levelnya bukan fitness level yang siap untuk kompetisi, makanya agak sulit bagi kita untuk mengembalikan hal itu,” pungkasnya. Sementara itu, pelatih nasional atlet akuatik PRSI Jabar, Donny Budiarto Utomo menjelaskan, rutinitas turnamen untuk melahirkan bibit unggul sangat dibutuhkan. Namun, menurutnya, ada hal utama lainnya yang dibutuhkan para atlet. “Nutrisi untuk anak-anak ini kan seperti tidak diperhatikan, berbeda sama negara- negara luar yang sangat detail sekali, termasuk memperhatikan dari fasilitasnya, mereka gak kesusahan cari tempat latihan,” terangnya. Tidak hanya itu, skill kepelatihan pun harus terus di-update, agar berdampak dalam proses regenerasi atlet. “Terutama untuk anak-anak kecil itu sangat penting. Lalu harus sering bertanding juga untuk meningkatkan pengalaman tanding,” katanya.
Salah satu peserta turnamen dari Bekasi Central Akuatik, Sinulingga berharap, turnamen ini digelar rutin untuk mematangkan skill dan mental, agar siap menghadapi kompetisi tingkat nasional maupun internasional. “Semakin ramai ke depannya, penuh, semakin bagus. Target juara saya masuk PON sampai Sea Games,” kata dia.