Alan Budikusuma: Tak Berani Bayangkan Bulu Tangkis Indonesia karena Hilangnya Audisi Umum PB Djarum

Alan Budi Kusuma of Indonesia gestures on the podium after winning the men's singles badminton final match against Denmark's T.S. Lauridsen at the 1992 Olympic Games in Barcelona 04 August 1992. Kusuma won the event 18-14, 15-8 / AFP PHOTO / ALBERTO MARTIN

DBasia.news –  Alan Budikusuma yang merupakan peraih medali emas Olimpiade Barcelona, mengaku tak berani membayangkan masa depan bulu tangkis Indonesia. Hilangnya audisi umum PB Djarum bisa berdampak besar terhadap regenerasi atlet.

Tanpa peran swasta, Alan menilai PBSI akan kesulitan menjaring bakat baru. Skala audisi umum bulu tangkis PB Djarum sangat membantu PBSI melihat potensi atlet bulu tangkis Indonesia.

“Efeknya itu besar. Pembinaan itu sendiri. Ini juga akan bermasalah buat PBSI,” ujar Alan.

“Di mana PBSI diminta target oleh pemerintah dalam hal ini KOI (Komite Olimpiade Indonesia) untuk menyiapkan atlet muda di Youth Olympic (2022), dan Kejuaraan Dunia Junior,” sambungnya.

Audisi umum bulu tangkis PB Djarum dihentikan karena dianggap bentuk eksploitasi anak. Logo perusahaan yang menempel pada jersey peserta mendapat protes keras dari KPAI dan Lentera Anak.

Alan mengakui, suplai atlet bulu tangkis di PBSI tidak hanya dari PB Djarum. Namun, klub asal Kudus tersebut merupakan pencetak bibit muda terbaik di Indonesia.

“PB Djarum sendiri kontribusi atlet ke PBSI itu hampir 50 persen. Jadi kalau KPAI bilang masih ada klub-lub lain untuk lakukan audisi ya memang ada, silahkan tak masalah,” tutur Alan.

“Saya sudah sampaikan ke KPAI bahwa PB Djarum bukan satu-satunya yang buat audisi. Tapi kalau ini berhenti wah ini seram. Yang dipikirkan KPAI kan hanya dari sisi (melanggar) undang-undang, tapi mereka tidak lihat sisi positifnya,” sambungnya.